Sehari , sekilas bercak
nanah meluap merayap menutupi kulit emas sang dewa
Mendorong angin seakan
jatuh menetes , hujan , hujan yang menjijikan datang kepada mereka yang
gelagapan buta arah demi gemericing serauk uang perak .
Aku katakan padamu ,
pemimpin sebagaimana dirinya berdiri diatas kepala orang-orang jelata ,
memayungi seakan pahlawan .
Jaman edan dimana
diktator pembangun negara mengubur dalam-dalam jenazah kepalang kertas , bahkan
kulit .
Sebuah peradaban
fantastis era bento dikelilingi sepatu hukum tegap terap , celahnya bahkan
sebanding tipis dengan melesetnya jarum detik , kita anggap itu mustahil .
Tahta diatas awan
memerankan dirinya sebagai tuhan , sehingga yang percaya diukir sebuah palang
sejahtera layaknya label boneka ranting tanpa benang , yang tidak percaya ? oknum penuh kasih
berikan padanya jalan tragis dingin diam gelap
penuh gagak mati diinjak kuasa.
Yang kulihat sekarang dinding
emas megah berarak naik setinggi gengsinya , ombak menyulut luka kami kerikil
kerikil kecil , rumput tetap bergoyang .
Angin terus menerpa ,
hanya aku yang tau bangunan itu ber-aroma busuk , menguras apa yang ada ,
terbukti , kami kerikil dihilangkannya satu per satu demi kestabilan sebuah
negara .
Tanduknya selalu ada ,
aku tau , mereka tau , tuhan pun tau , Tapak kakinya menapak membangun tanah
lunak menjadi keras , Tapak kakinya menelungkup kesakitan teriakan kesusahan
berbisik , Tapak kakinya berbekas dalam dendam sejarah bertuliskan “Piye kabare , penak jamanku toh” .
bagus kak..
BalasHapusCara beli e money